Namun kamu memilih untuk tetap bertahan
Layaknya senja yang tak pernah bosan untuk hadir
Selalu ada meski hanya sementara
Sulit untuk aku genggam
Hanya bisa terlihat dari kejauhan
Aku hanya merasa kehilangan
Kehilangan kamu yang dulu
Yang membuatku menyukaimu
Tapi tak apa,
Itulah yang menjadi alasanku untuk;
Berhenti memikirkanmu,
Berhenti menyukaimu dan terluka karnanya.
Menghapus bersih jejak yang pernah ada
Tentang kita, semua yang terasa sulit aku lupakan.
Terima kasih,
Karna telah mempermudah dalam hal melupakanmu.
Mengabari tanpa diminta is a love language..
Setelah semua bimbang yang aku rasakan
Dan perasaan terombang ambing tanpa kejelasan
Rasanya cukup dengan hadirmu saja
Meski dikelilingi banyak siapa..
Hanya mencoba percaya pada hal yang aku yakini
Dengan tidak mencari tahu lebih jauh
Terkadang ada hal yang seharusnya memang tidak diketahui
Bukan maksud tidak sayang
Namun menjaga hati agar tetap aman
Overthinking seringkali datang ketika tahu banyak hal
Mencoba menghindari perihal itu
Supaya segalanya tertata sesuai prasangka
Seperti yang telah diduga
Kamu takkan mampu tuk meminta
Tak ada maksud menerka
Namun, dugaan itu terlintas tiba-tiba
Kamu memang berbeda
Tapi, yang selalu aku tahu
Kepedulian itu masih ada
Masih terasa
Ijinkan aku berbangga karenanya
Kamu tak seperti yang lainnya
Kamu suka berubah tiba-tiba
Namun, aku tetap mengharapmu
Bodohnya aku dahulu
Kamu yang sulit berekspresi
Kamu yang selalu memendam sendiri
Tapi ingin selalu dimengerti
Aku tak pernah memintamu untuk selalu ada
Karna aku tahu hatimu ada disana
Pada seseorang yang telah memilikimu
Sebenarnya, banyak tanya di kepala
Namun hanya mampu ku utarakan lewat kata
Aku tidak tahu sebabnya
Hanya saja ini terasa tidak nyata
Aku mengerti kesibukanmu
Tapi jika mau
Kamu bisa menyempatkan disela kesibukanmu
Itupun, jika aku masuk daftar prioritasmu
Lagi lagi bicara tentang prioritas
Sudah lama aku tidak mempermasalahkan hal itu
Namun sekarang, aku merasa diabaikan
Aku merasa tidak sepenting itu untuknya
Lalu kenapa kamu bisa menganggap bahwa kita dalam suatu hubungan
Jika kamu masih bersikap seperti biasa
Selalu ada tapi tak ada
Aku merasa seperti orang bodoh
Selalu saja seperti ini
Jika sebelumnya seseorang hanya penasaran padaku
Tanpa adanya kejelasan
Namun masih aku terima dengan tangan terbuka
Sekarang, seseorang masuk ke duniaku
Tanpa kata, tanpa tanya
Tiba-tiba menjadi kita
Aku tidak tahu kapan ini dimulai
Hanya saja, aku telah dianggap sebagai kekasih?
Kapan kamu mengutarakan niatmu?
Aku merasa tidak pernah mendapat pertanyaan secara gamblang
Sesungguhnya, aku belum tahu banyak tentangmu
Karna kamu yang menutup diri dengan kaku
Dan aku yang terlalu malas bertanya padamu
Pernah mengalami ketika bercerita kepada seseorang, tapi akhirnya malah dia yang cerita?
Aku kadang mengalami itu, rasanya jadi malas bercerita
Dan berakhir menjadi pendengar.. lagi
Pernah mikir ga sih kalo kita itu hidup harus saling?
Kalo merasa udah ga satu frekuensi tapi dipaksa, apa yang bakal terjadi?
Harus ada yang ngalah kan? Dan hubungannya jadi ga sehat lagi, menurutku.
Diawali dari seringnya bercerita sampai terus berlanjut dengan label si pencerita dan si pendengar.
Ada saatnya si pendengar ingin didengar juga, tapi karna si pencerita telah terbiasa bercerita posisi menjadi pendengar mungkin kurang nyaman untuknya?
Hingga akhirnya, mendengarkan namun setelah beberapa lama membahas dirinya sendiri.. lagi.
Sampai akhirnya si pendengar ini merasa bahwa hubungannya tidak akan berhasil untuk kedepannya.
Mulai menjaga jarak dengan mulai menanggapi cerita dia seadanya
Lalu... menghilang secara perlahan.
Jika terus di posisi pendengar, untuk apa punya teman?
Malah selalu merasa tertekan
Apa tidak lelah untuk terus bertahan?
Hanya mampu memendam
Dari dulu aku selalu mengagumimu
Tapi tak ada yang dapat kulakukan
Karena kamu telah dengannya
Pada akhirnya
Hanya aku yang terjebak
Dalam labirin tanpa jeda
Sedangkan dia
Sibuk bahagia
Dengan dunianya
Meratapi keadaan kita yang sekarang menjadi aku dan kamu
Dulu sempat mengira akan bertahan lebih lama
Namun nyatanya dunia memang sebercanda itu
Entah kamu yang memang tidak pernah serius denganku
Bodohnya aku, yang selalu menerimamu dengan tangan terbuka
Padahal selama ini yang kuterima hanya luka
Kamu yang selalu bermain-main dengan rasa
Dan aku yang hanya bisa menumpahkan lewat kata
Perasaanku tidak sebercanda itu.
Sampai kapan pun.
Hanya satu yang ingin aku pastikan.
Jadi, apa aku ini penting bagimu?